IQRO'

KAU BUKAN PUISIKU puisiku hanya Dia. tak lebih dan tak kurang bukan sekedar basa basi cintaku pada Nya tidak seperti caramu mendekati dan mengambil sebagian hatiku ingat, hanya sebagian Dia bukan hanya menawarkan, tapi lebih dari itu Ia menjanjikan karena jika kau datang membawa berlian aku yakin itu hanya imitasi dunia bahkan jika kau membawa dunia beserta isinya aku yakin kau hanya menjajakan dan menawarkannya  bagi siapa yang tergiur, kau akan menjualnya bukan memberikannya jangan kau bodohi dirimu sendiri jika hanya datang kepadaku dengan alasan fisik aku bukanlah apa dan siapa yang kau cari aku hanya persinggahan hatimu yang sepi kaku tak berdaya yang kau harapkan akan dapat mengisinya dan menemaninya tapi sekali lagi, itu bukanlah aku aku bukan tujuanmu aku sekedar lewat mengisi harimu yang kosong tidak lebih, dan tidak kurang ingat ini kau bukanlah puisiku bait baitku hanya untuk Nya atau untuk apa dan siapa yang dikehen...

NON MUSLIM PUN BERDOA “Paus: Muslim Rohingya saudara kita”. Kira-kira seperti itulah judul utama koran Republika hal. 1 keluaran hari Selasa tanggal 29 Agustus 2017. Saya terkejut ketika membacanya. Karena selama ini hanya ada pikiran negativ yang terlintas jika membaca apapun mengenai agama-agama selain Islam di Indonesia. Rasa malupun menguak ketika membaca deretan perkataan yang diucapkan Paus Fransiskus, pimpinan umat Katolik sedunia tersebut. Bayangkan saja, bagaimana tidak malu? kita, khususnya saya sebagai muslim di Indonesia saja jarang mendoakan saudara sesama muslim di belahan dunia manapun, termasuk muslim Rohingya yang kabarnya sudah mencapai 150 jiwa di sekitar JABODETABEK mengungsi ke tanah air tercinta ini. Bahkan kabarnya saja, (jujur) saya baru tahu sejak 2016 lalu. Sungguh, betapa malunya diri ini. “Mari kita berdoa untuk saudara Rohingya kita,’ ujar Paus Fransiskus-Vatikan yang dikutip dari radio Vatikan (27/8). Ia meminta Tuhan agar menyelamatkan anggota et...