ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN KONTEMPORER



Dilihat dari segi kefilsafatan, ilmu pengetahuan Islam atas Eropa telah berlangsung sejak abad ke-12. Dan pada abad ke-14 di zaman renaissance (zaman pencerahan), adanya gerakan penyelamatan kembali filsafat Yunani, yang untuk kemudian dimasukkanlah unsur-unsur Islam ke dalamnya, dan banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Arab untuk dikaji ulang. Dan dari terjemahan inilah filsafat mulai dipelajari dan diterjemahkan kembali dalam bahasa latin. Maka lahirlah ilmu pengetahuan yang telah terkontaminasi oleh pemahaman Barat yang sekuler. Sebenarnya. Tanpa menerjemahkan berbagai buku filsafat Yunani, Islam telah mencerminkan keilmuannya. Seperti dalam surah Al-Alaq ayat 1-5 yang mengajarkan kepada kaumnya untuk membaca. Padahal, di zaman itu belum banyak kalangan yang bisa baca tulis. Hanya segelintir orang yang memiliki keahlian itu. Bahkan, rasulullah SAW. sendiri yang dijadikan perantara wahyupun adalah seorang yang ‘ummi. Maka dari mana lagi asal wahyu yang menerangkan cara membuka wawasan ilmu pengetahuan dengan membaca tersebut, kalau bukan hanya dari sang Maha pemilik ilmu?
Jika kita melihat pada sejarah, relasi antara keagamaan dengan kemodernan ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berjalannya ilmu pengetahuan dan teknologi tidak berpengaruh pada benturan yang terjadi di masyarakat pada umumnya. Karena teknologi adalah suatu hasil dari apresiasi ilmu pengetahuan tersebut yang dapat dilihat dari segi keinderaan. Namun, ketika ajaran agama mencampuri unsur di dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, timbullah disintegrasi antara keduanya. Inilah worldview sekuler yang diusung oleh peradaban Barat yang enggan melihat pada sejarah dibelakangnya. Akibatnya, banyak ilmuwan Barat yang menentang validitas ajaran agama Kristen yang dulunya sangat mengekang dan membatasi ilmu pengetahuan di masa kegelapan pada abad ke-6 samapai abad ke-12 M. Maka dari itu, munculnya gerakan sekuler disini ialah tidak lain karena adanya rasa kekecewaan umat Kristen terhadap agamanya sendiri yang membatasi mereka dalam berinovasi.
Islam menjadikan wahyu sebagai sumber dari segala ilmu pengetahuan yang kadang tidak masuk akal jika dijangkau oleh rasional saja sebelum diuji secara observatif. Berbeda dengan gerakan yang diusung oleh Barat mengenai sekulerismenya yang memisahkan apa-apa saja yang termasuk dalam keagamaan dengan ilmu pengetahuannya. Sekulerisme ini tidak terlalu banyak pengaruhnya pada ilmu eksak, seperti ilmu matematika, fisika, dan kimia. Ilmu-ilmu itu tanpa dikaji melalui wahyu akan terbukti dengan adanya penelitian karena sifatnya yang mutlak ciptaan Allah dan tidak dapat dimanipulasi. Namun, sekulerisme banyak menyerang ilmu-ilmu sosial, seperti ilmu politik dan keadilan hukum. Disinilah peran Islamisasi pengetahuan yang perlu diluruskan dan ditekankan kembali dalam realisasinya.
Sejatinya, setiap ilmu pengetahuan adalah hasil peleburan pandangan dari segi kebudayaan, kefilsafatan, dan keagamaan. Mengapa? Karena mustahil jika suatu ilmu lahir dengan sendirinya tanpa didasari oleh prinsip-prinsip filsafat, budaya , dan agama tersebut. Suatu ilmu pasti terpengaruh oleh tiga hal tersebut. Itulah mengapa lahirlah ilmu dari berbagai bidang pengetahuan. Seperti terpisahnya ilmu fisika dengan ilmu kimia. Padahal jika ditekuni, kedua ilmu ini akan saling menyambung menjadi kesatuan yang harusnya universal. Pada ilmu matematika dengan ilmu ekonomi, didalamnya akan terdapat kesamaan cara berfikir. Padahal kedua ilmu ini adalah pengetahuan yang berbeda cara prakteknya. Inilah yang dimaksud dari masuknya pengaruh budaya, filsafat, dan agama di dalam ilmu pengetahuan. Maka, tidak dapat dipungkiri bahwa ilmu pengetahuan Barat juga terpengaruh oleh budaya mereka yang anti agama. Dalam buku Worldview, History of Concept, karya David K. Naugle, dinyatakan bahwa ilmu pengetahuan apapun pasti dihasilkan oleh worldview masing-masing. Maka dari itu mengislamkan ilmu pengetahuan Barat berarti mengislamkan worldview atau cara pandangnya terlebih dahulu. Jadi Islamisasi worldview adalah penggantian cara pandang atau konsep yang tidak sesuai dengan Islam dengan konsep-konsep Islam. Saat ini, banyak kalangan muslim yang memeluk Islam secara formal, namun belum menunjukkan sikap keIslamannya terhadap apa yang diwujudkannya. Hal ini dikarenakan pengaruh budaya sekuler Barat yang telah mengakar pada budaya Islam yang harus dikaji secara kritis. Problem ini berbentuk perang pemikiran. Maka, bagaimana caranya agar pemikiran ini dapat terbendung dengan jalan damai.
Dalam agama Islam, ada tauhid yang dijadikan pondasi dari setiap gerakannya, menjadikan aqidah sebagai benteng yang akan menguatkan jiwanya ketika  terjadi pergeseran moral. Maka, peran seorang muslim disini adalah memasukkan konsep-konsep keislaman yang menjadi kunci terbukanya khazanah ilmu. Dengan dihubungkannya unsur-unsur ketauhidan dalam setiap cabang ilmu pengeahuan masa kini, maka setiap individu akan mengetahui sampai pada hakikatnya suatu ilmu pengetahuan. Karena semua yang ada di alam ini adalah satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan, yaitu berasal dari Tuhan. Dan tuhan adalah penyebab dari semua kejadian alam ini. Yang konsep ketuhanan ini hanya ada dalam keagamaan. Lalu, dari manakah letak kebenaran ilmu pengetahuan Barat tanpa mengadakan unsur ketuhanan?
Barat dengan pahamnya yang sekuler ini telah menguasai berbagai jenis ilmu pengetahuan. Sehingga generasi Islam hanya bisa memandangnya sebagai suatu kebenaran. Akhirnya, di adopsinyalah pemahaman-pemahaman dari Barta ini dan mengakarlah hal itu pada budayanya. Ini dikarenakan muslim sekarang kurang memandang pada sejarah, dan kurangnya aqidah islamiyah dalam hatinya. Inilah yang harus di islamisasikan kembali. Karena identitas pada muslim adalah tauhid yang menjadikannya berbeda dengan agama lainnya yang mengagungkan trinitas ketuhanan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KERAJAAN ISLAM SAMUDERA PASAI

BENANG MERAH ANTARA SUFISME DAN MODERN-SEKULER