BENANG MERAH ANTARA SUFISME DAN MODERN-SEKULER


orang2 dahulu memandang enteng (sederhana) dalam urusan bersuci. mereka berjalan kaki diatas tanah tanpa alas kaki, tidak peduli ada bekas pijakan hewan dan lain-lain, karena mereka lebih suka shalat dengan alas kaki ketimbang membuka alas kakinya ketika shalat. itulah mengapa ada hukum “mashu ‘ala al-huffain”, yaitu ketika shalat menggunakan alas kaki, maka yang di bersihkan cukup bagian atasnya saja. ini kebiasaan yang dicontohkan ahli sufi terdahulu. (Sangat tidak masuk di akal orang modern yang sekuler maupun semi-sekuler seperti KITA saat ini.)
Begitupun ketika makan, maka bekas tangannya diusapkan pada batu-batu kecil. karena dahulu belum mengenal adanya kain lap dan sapu tangan. maka mereka menyapukan tangan mereka pada tapak kaki. namun satu yang tak hilang dari mereka, yaitu kebersihan batin. (kita pun merasa heran dengan hal ini, hari ini)
hingga sampailah pada suatu masa dimana adanya suatu golongan yang yang menamakan kebersihan itu adalah “berdandan”. dipergunakannya sebagian waktu mereka untuk menghiasi dhahiriyahnya, sedang hatinya rusak, penuh dengan: takabbur, ‘ujub, bodoh, riya’, dan nifaq. (namun mereka tak merasa heran akan itu.)
orang yang hanya beristinja’ dengan batu, atau berjalan diatas tanah dengan kaki terbuka, atau berwudlu pada kendi air seorang wanita tua atau lelaki berpakaian kumuh, mereka akan bangun tegak berdiri, dan menentang orang ini (org yg berdandan lahiriah saja). Dan menggelarkannya “kotor” serta mengusirnya dari golongan mereka, menolak untuk makan bersama dan bergaul. mengapa? karena mereka (golongan yang kedua tadi) menamakan “sederhana” yang menjadi sebagian iman itu adalah “kotor” dan “berdandan” itu “kebersihan”.
LIHATLAH, BAGAIMANA YANG MUNKAR ITU TELAH MENJADI MA’RUF DAN YANG MA’RUF TELAH MENJADI MUNKAR.
_Ihya’ Ulmumuddin_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KERAJAAN ISLAM SAMUDERA PASAI